Assalamualaikum
wr wb,
Pertama-tama,
mari kita panjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita. Shalawat beriring salam pun kita
haturkan pada junjungan nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
keluar dari kebodohan. Ibu guru yang saya hormati, beserta teman-teman yang
saya sayangi. Saya ucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan untuk menyampaikan sebuah pidato tentang dampak Twitter terhadap
anak-anak, remaja, lingkungan, orang tua, maupun terhadap diri kita sendiri.
Sebelumnya kalian
pasti sudah tahu apa itu Twitter, sebuah jaringan pertemanan yang memungkinkan
para penggunanya untuk saling berbagi informasi dengan 140 karakter. Era
globalisasi ini membuat kita harus terus belajar dengan internet agar tidak
tertinggal zaman, termasuk mempunyai account Twitter. Zaman sekarang kalau
tidak punya Twitter rasanya tidak gaul. Namun, dibalik jaringan pertemanan yang
beken itu, Twitter menyimpan banyak sisi negative. Namun Twitter tetaplah
mempunyai sisi positive.
Tidak mau
berlama-lama, langsung saja kita membahas tentang baik buruk Twitter. Kalau
ditilik dari sisi positivenya, Twitter memang sangat berguna, sebagai contoh, informasi
yang terdapat pada Twitter biasanya lebih cepat untuk diketahui daripada di televisi,
koran, radio, dll. Tidak sedikit orang yang sedang kesusahan dan perlu bantuan,
terbantu dengan penggalangan dana dari para pengguna Twitter. Tidak sedikit
orang yang menggunakan jasa Twitter untuk promosi produk. Tidak sedikit pula
orang-orang yang telah kehilangan jejak akhirnya bisa bertemu kembali karena
keberadaan jejaringan pertemanan ini.
Namun sangat
disayangkan, pengertian akan kegunaan Twitter itu sendiri masih belum begitu
bisa dipahami oleh sebagian dari kita ini. Twitter menjadi tempat pengissuan
tentang hoax, banyak orang yang mencaci satu sama lain, bahkan ada beberapa
account yang menjelek-jelekkan agama. Sungguh sangat disayangkan. Twitter yang
seharusnya menjadi jaringan pertemanan berubah menjadi suatu jaringan yang brutal.
Twitter juga identik dengan anak eksis. Anak eksis ditandai dengan followers
yang ribuan. Karena itu, banyak para pengguna yang berlomba-lomba untuk
mendapatkan followers. Dan dari hasil survey, para pengguna Twitter lebih sering
menyebarkan badmood daripada goodmood.
Bisa kita ambil
contoh untuk sisi buruknya, kalian pasti tau tentang Tengku Sophia, sebuah akun
yang menjelek-jelekkan agama Islam dan Malaysia. Para pengguna Twitter sangat
berang membaca timelinenya, termasuk saya. Banyak yang mencacinya, melaknatnya
dan menyumpahinya. Bapak Tifatul Sembiring selaku Menteri Komunikasi & Informatika telah mengeluarkan UU ITE 11/2008 yang berbunyi “Ancaman 7 tahun penjara bagi
pelanggar hukum di internet : penyebaran pornografi, perjudian, mengancam,
penghinaan SARA, penipuan”, dan ditilik dari kasuk tersebut, tentulah Tengku
Sophia terancam terjerat hukuman tersebut. MUI sendiri resah dengan
ejekan-ejekan Tengku Sophia tentang Islam. Namun sepertinya kasus ini belum
sampai ke tangan pemerintah.
Teman-teman
sekalian, alangkah bijaknya kalau kita lebih memperioritaskan diri kita kedalam
hal-hal yang lebih positive dalam menggunakan jejaring pertemanan itu. Kita
harus lebih bijak dalam menggunakannya. Kita juga harus lebih memahami arti
atau manfaat dari Twitter tersebut. Janganlah kita sampai lupa akan segala
sesuatu dikarenakan Twitter tersebut. Kita lupa akan waktu, lupa akan saudara,
teman yang udah pasti keberadaannya sejak dulu dan selalu menemani kita disaat
kita belum mengenal Twitter.
Teman-teman
sekalian, sebetulnya masih banyak hal ingin saya sampaikan namun mudah-mudahan
dengan sedikit pidato yang telah saya sampaikan tadi, bisa menjadi satu
pelajaran, terutama lebih berhati-hati dalam berbagi informasi.
Terimakasih atas
waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya dikesempatan yang
berbahagia ini, akhirul kata, Wassalamualaikum wr wb.