Rabu, 29 Februari 2012

Pidato tentang Twitter u,u


Assalamualaikum wr wb,
Pertama-tama, mari kita panjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita. Shalawat beriring salam pun kita haturkan pada junjungan nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya keluar dari kebodohan. Ibu guru yang saya hormati, beserta teman-teman yang saya sayangi. Saya ucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk menyampaikan sebuah pidato tentang dampak Twitter terhadap anak-anak, remaja, lingkungan, orang tua, maupun terhadap diri kita sendiri.
Sebelumnya kalian pasti sudah tahu apa itu Twitter, sebuah jaringan pertemanan yang memungkinkan para penggunanya untuk saling berbagi informasi dengan 140 karakter. Era globalisasi ini membuat kita harus terus belajar dengan internet agar tidak tertinggal zaman, termasuk mempunyai account Twitter. Zaman sekarang kalau tidak punya Twitter rasanya tidak gaul. Namun, dibalik jaringan pertemanan yang beken itu, Twitter menyimpan banyak sisi negative. Namun Twitter tetaplah mempunyai sisi positive.
Tidak mau berlama-lama, langsung saja kita membahas tentang baik buruk Twitter. Kalau ditilik dari sisi positivenya, Twitter memang sangat berguna, sebagai contoh, informasi yang terdapat pada Twitter biasanya lebih cepat untuk diketahui daripada di televisi, koran, radio, dll. Tidak sedikit orang yang sedang kesusahan dan perlu bantuan, terbantu dengan penggalangan dana dari para pengguna Twitter. Tidak sedikit orang yang menggunakan jasa Twitter untuk promosi produk. Tidak sedikit pula orang-orang yang telah kehilangan jejak akhirnya bisa bertemu kembali karena keberadaan jejaringan pertemanan ini.
Namun sangat disayangkan, pengertian akan kegunaan Twitter itu sendiri masih belum begitu bisa dipahami oleh sebagian dari kita ini. Twitter menjadi tempat pengissuan tentang hoax, banyak orang yang mencaci satu sama lain, bahkan ada beberapa account yang menjelek-jelekkan agama. Sungguh sangat disayangkan. Twitter yang seharusnya menjadi jaringan pertemanan berubah menjadi suatu jaringan yang brutal. Twitter juga identik dengan anak eksis. Anak eksis ditandai dengan followers yang ribuan. Karena itu, banyak para pengguna yang berlomba-lomba untuk mendapatkan followers. Dan dari hasil survey, para pengguna Twitter lebih sering menyebarkan badmood daripada goodmood.
Bisa kita ambil contoh untuk sisi buruknya, kalian pasti tau tentang Tengku Sophia, sebuah akun yang menjelek-jelekkan agama Islam dan Malaysia. Para pengguna Twitter sangat berang membaca timelinenya, termasuk saya. Banyak yang mencacinya, melaknatnya dan menyumpahinya. Bapak Tifatul Sembiring selaku Menteri Komunikasi & Informatika telah mengeluarkan UU ITE 11/2008 yang berbunyi “Ancaman 7 tahun penjara bagi pelanggar hukum di internet : penyebaran pornografi, perjudian, mengancam, penghinaan SARA, penipuan”, dan ditilik dari kasuk tersebut, tentulah Tengku Sophia terancam terjerat hukuman tersebut. MUI sendiri resah dengan ejekan-ejekan Tengku Sophia tentang Islam. Namun sepertinya kasus ini belum sampai ke tangan pemerintah.
Teman-teman sekalian, alangkah bijaknya kalau kita lebih memperioritaskan diri kita kedalam hal-hal yang lebih positive dalam menggunakan jejaring pertemanan itu. Kita harus lebih bijak dalam menggunakannya. Kita juga harus lebih memahami arti atau manfaat dari Twitter tersebut. Janganlah kita sampai lupa akan segala sesuatu dikarenakan Twitter tersebut. Kita lupa akan waktu, lupa akan saudara, teman yang udah pasti keberadaannya sejak dulu dan selalu menemani kita disaat kita belum mengenal Twitter.
Teman-teman sekalian, sebetulnya masih banyak hal ingin saya sampaikan namun mudah-mudahan dengan sedikit pidato yang telah saya sampaikan tadi, bisa menjadi satu pelajaran, terutama lebih berhati-hati dalam berbagi informasi.
Terimakasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya dikesempatan yang berbahagia ini, akhirul kata, Wassalamualaikum wr wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar